Photo: Pinterest
Saat ini, sudah cukup banyak proyek pembangunan rumah Scandinavian di Indonesia. Hal ini dikarenakan konsep desainnya yang simple, minimalis, dan fungsional, di mana sangat diminati oleh calon konsumen khususnya para generasi muda.
Sebagai tambahan info, rumah bergaya Scandinavian atau Nordic telah menjadi salah satu tren desain interior dan arsitektur paling populer di dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Gaya rumah yang berasal dari negara-negara Nordik seperti Swedia, Norwegia, Denmark, Finlandia, dan Islandia ini memiliki beberapa karakteristik tertentu, di antaranya adalah sebagai berikut:
Gaya Scandinavian mengutamakan kesederhanaan tanpa mengorbankan fungsi. Setiap elemen dalam rumah dirancang dengan tujuan yang jelas, menghindari dekorasi berlebihan. Ruangan cenderung lapang dan tidak terlalu penuh dengan furniture atau ornamen.
Warna dominan dalam rumah Scandinavian adalah warna-warna netral seperti putih, abu-abu muda, dan krem. Warna-warna ini menciptakan kesan terang serta lapang, di mana erat kaitannya dengan musim dingin yang panjang di negara-negara Nordik.
Selain itu, nuansa natural seperti kayu dan tanaman hijau juga sering digunakan untuk menambah kehangatan.
Karena musim dingin di negara-negara Nordik cenderung gelap dan panjang, pencahayaan alami menjadi elemen kunci dalam desain Scandinavian. Jendela besar disertai penggunaan tirai transparan sering digunakan untuk memaksimalkan cahaya matahari.
Kayu adalah material utama yang digunakan dalam rumah Scandinavian, baik untuk lantai, furniture, maupun dekorasi.
Kayu memberikan kehangatan dan tekstur alami yang membuat ruangan terasa lebih hidup. Selain kayu, material seperti batu, wol, maupun linen juga sering digunakan.
Furnitur dalam rumah Scandinavian dirancang dengan garis-garis yang bersih dan simpel. Desainnya ergonomis, sering kali menggabungkan estetika dengan fungsi. Furnitur kayu dengan warna natural atau putih adalah pilihan yang paling umum.
Selain karakteristik di atas, rumah bergaya Nordik juga menonjolkan elemen-elemen tertentu yang berbeda dengan gaya lainnya.
Lantai kayu, terutama yang berwarna terang, adalah ciri khas rumah Scandinavian. Kayu memberikan kehangatan dan membuat ruangan terasa lebih luas.
Dinding putih atau warna netral lainnya digunakan untuk menciptakan kesan terang dan lapang. Dinding juga sering dibiarkan polos tanpa banyak dekorasi untuk menjaga kesan minimalis.
Meskipun warna netral mendominasi, aksen warna pastel atau cerah seperti biru muda, hijau mint, atau kuning sering digunakan untuk menambah kesan ceria dan hidup.
Baca juga: Warna hijau sage untuk rumah
Tanaman hijau adalah elemen penting dalam rumah Scandinavian. Mereka tidak hanya menambah estetika tetapi juga membawa nuansa alam ke dalam rumah.
Dekorasi dalam rumah Scandinavian cenderung simpel dan bermakna. Benda-benda seperti karpet berbulu, bantal linen, atau karya seni kecil sering digunakan untuk menambah karakter ruangan.
Model rumah seperti ini memiliki beberapa keunggulan dalam beberapa aspek seperti:
Kombinasi material alami, warna netral, serta pencahayaan yang baik mampu menciptakan suasana yang nyaman dan hangat, cocok untuk kehidupan sehari-hari.
Gaya Scandinavian sangat fleksibel dan dapat diadaptasi dengan berbagai gaya desain lainnya, seperti industrial atau modern.
Penggunaan material alami dan desain yang berkelanjutan membuat rumah Scandinavian ramah lingkungan.
Desain Scandinavian tidak mudah lekang oleh waktu. Kesederhanaan dan fungsionalitasnya membuatnya selalu relevan, terlepas dari tren yang sedang berlangsung.
Jika ditanya cocok atau tidak, rumah Scandinavian bisa dibilang cocok dan oke-oke saja untuk diterapkan di Indonesia, terutama bagi mereka yang menyukai desain minimalis serta fungsional. Meskipun gaya ini ideal untuk daerah beriklim dingin, konsep ini juga bisa diadaptasi dengan sangat baik di negara beriklim tropis.
Namun demikian, seperti halnya gaya arsitektur lainnya, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika ingin menerapkannya di Indonesia. Penjelasan lengkapnya ada di bawah ini.
Berikut adalah kekurangan atau tantangan menerapkan rumah Scandinavian di Indonesia:
Gaya Scandinavian awalnya dirancang untuk iklim dingin di negara-negara Nordik. Di Indonesia, suhu yang panas dan kelembapan tinggi bisa menjadi tantangan.
Misalnya, penggunaan kayu yang dominan memerlukan perawatan ekstra agar tidak mudah lapuk atau rusak akibat kelembapan.
Desain Scandinavian sering mengandalkan jendela besar untuk pencahayaan alami. Tetapi di Indonesia, hal ini perlu disertai tambahan berupa sistem ventilasi yang baik agar udara panas tidak terperangkap di dalam rumah. Karena jika ventilasi tidak baik, rumah bisa terasa pengap.
Meskipun material alami seperti kayu mudah ditemukan di Indonesia, kualitas kayu yang tahan lama (seperti jati atau ulin) bisa relatif mahal.
Selain itu, perawatan rutin diperlukan untuk menjaga material tersebut tetap awet, terutama di iklim tropis.
Di perkotaan Indonesia, lahan terbatas seringkali membuat ruang terbuka atau taman kecil (ciri khas Scandinavian) sulit diwujudkan.
Padahal, elemen seperti tanaman hijau dan area outdoor penting untuk menciptakan nuansa alami dalam gaya ini.
Gaya Scandinavian cenderung mengutamakan kesederhanaan dan ruang yang lapang, sementara budaya Indonesia seringkali membutuhkan ruang untuk berkumpul atau menyimpan banyak barang. Hal ini bisa menjadi tantangan dalam menyesuaikan gaya Scandinavian dengan kebutuhan keluarga Indonesia.
Kentalnya warna netral dalam gaya Scandinavian mungkin terasa terlalu monoton bagi sebagian orang Indonesia yang lebih menyukai warna-warna cerah dan berani. Namun, hal ini bisa diatasi dengan menambahkan aksen warna atau elemen dekoratif yang lebih hidup.
Meskipun ada kekurangan dan tantangannya, Anda tidak perlu khawatir, karena ada solusinya. Dengan beberapa penyesuaian, rumah Scandinavian masih dapat diterapkan di Indonesia. Berikut adalah penjelasannya
Di Indonesia, suhu udara cenderung panas dan lembap. Oleh karena itu, ventilasi yang baik sangat penting.
Desain rumah Scandinavian dapat dimodifikasi dengan menambahkan jendela besar, bukaan atap, atau sistem cross-ventilation untuk memastikan sirkulasi udara yang optimal.
Ini juga membantu mengurangi penggunaan AC, yang sejalan dengan prinsip ramah lingkungan gaya Scandinavian.
Kayu tetap menjadi pilihan utama, namun pastikan menggunakan kayu yang tahan terhadap cuaca tropis, seperti kayu ulin atau merbau.
Selain itu, material seperti batu alam dan keramik bisa digunakan untuk lantai atau dinding agar lebih tahan terhadap kelembapan.
Untuk menciptakan kesan sejuk, atap rumah Scandinavian di Indonesia bisa dirancang lebih tinggi. Ini membantu udara panas naik ke atas dan membuat ruangan terasa lebih nyaman.
Meskipun warna netral tetap dominan, menambahkan aksen warna cerah seperti biru laut, hijau daun, atau kuning matahari dapat menciptakan kesan segar dan cocok dengan suasana tropis.
Tanaman hijau adalah elemen dekorasi penting dalam rumah Scandinavian. Di Indonesia, tanaman tropis seperti monstera, lidah mertua, atau palem bisa digunakan untuk menambah kesan alami dan segar.
Rumah Scandinavian adalah pilihan sempurna bagi mereka yang menginginkan desain minimalis, fungsional, dan hangat. Dengan menggabungkan warna netral, material alami, dan pencahayaan yang baik, rumah Scandinavian akan menciptakan kenyamanan maksimal.
Gaya ini tidak hanya indah secara visual tetapi juga praktis serta ramah lingkungan, menjadikannya pilihan yang timeless untuk hunian modern.
* Photos: Pinterest