Jalan perumahan merupakan salah satu indikator penting terhadap penilaian suatu perumahan dari segi aksesbilitasnya. Selain faktor lebar atau ROW-nya, faktor material juga kerap menjadi bahan pertimbangan calon pembeli rumah.
Penggunaan material yang berkualitas pada jalan perumahan tidak hanya menjamin kenyamanan penghuni, tetapi juga berpengaruh signifikan terhadap daya tahan serta efisiensi perawatan di masa mendatang.
Terdapat tiga jenis perkerasan yang umum digunakan, yaitu beton, aspal, dan paving block. Masing-masing memiliki karakteristik, kelebihan, dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan sebelum memilihnya. Berikut ulasan mengenai ketiga jenis jalan ini:
Beton merupakan material ideal jika lingkungan perumahan berada di area dengan lalu lintas kendaraan berat. Jenis ini juga menjadi pilihan bagus jika mengharapkan umur jalan yang lebih panjang.
Beton dikenal memiliki kekuatan tinggi, dengan ketebalan minimal 20 cm. Selain itu, beton tahan terhadap cuaca dan tidak memerlukan pemeliharaan yang intens. Kelebihan lainnya dari material ini adalah daya tahannya terhadap banjir serta kemudahan dalam memperoleh materialnya.
Perlu dipahami bahwa kualitas jalan beton sangat dipengaruhi oleh proses pengerjaannya. Pengeringan yang terlalu cepat dapat menimbulkan retakan, namun dapat dicegah dengan menutup permukaan beton menggunakan kain basah.
Biaya pembangunan menggunakan material beton tergolong tinggi, dengan contoh biaya di salah satu daerah mencapai Rp 2,5 miliar per kilometer untuk lebar jalan 4 meter.
Aspal menjadi pilihan populer untuk perumahan dengan lalu lintas ringan hingga sedang. Material ini lebih lentur dibanding beton sehingga lebih nyaman dilalui kendaraan. Biaya pembangunannya relatif lebih rendah dibandingkan dengan beton, menjadikannya alternatif yang lebih ekonomis untuk perumahan.
Jalan perumahan dari bahan aspal memiliki keunggulan berupa permukaan yang halus dan nyaman untuk pengendara, serta perawatannya tidak terlalu berat karena cukup menambal bagian yang rusak.
Terlepas dari kelebihannya, aspal kurang cocok untuk area dengan drainase yang buruk. Hal ini karena aspal tidak tahan terhadap genangan air dalam jangka waktu lama. Maka dari itu, untuk menjaga ketahanannya, diperlukan saluran drainase yang baik.
Paving block terbuat dari campuran pasir dan semen, sering digunakan di area perumahan, taman, dan garasi rumah. Paving block tersedia dalam berbagai bentuk dan warna, serta memiliki daya serap air yang baik, sehingga cocok untuk area yang membutuhkan pengendalian genangan air.
Kelebihan dari paving block adalah mudah dibongkar pasang dan tidak memerlukan alat berat dalam pemasangannya. Namun, jika pondasinya tidak kuat, jalan paving block dapat bergelombang dan kurang nyaman untuk kendaraan dengan laju kecepatan tinggi.
Di Indonesia, jenis jalan perumahan yang sering dan umum digunakan adalah jalan paving block ataupun aspal. Hal ini karena biaya konstruksi keduanya relatif lebih murah dibandingkan jika menggunakan beton. Baik paving block atau aspal lebih fleksibel dan cocok untuk lingkungan dengan lalu lintas ringan hingga sedang, seperti di perumahan yang mayoritas dilalui oleh mobil pribadi dan motor.
Jika jalan perumahan rusak, tanggung jawab perbaikannya bisa bergantung pada beberapa faktor, di antaranya:
Pada tahap awal, ketika perumahan baru dibangun dan masih dalam masa pengembangan, tanggung jawab perbaikan infrastruktur biasanya berada di tangan pengembang (developer).
Mereka wajib memastikan bahwa infrastruktur seperti jalan sudah layak sebelum diserahkan kepada pemerintah daerah atau pengelola perumahan. Jika kerusakan terjadi selama masa garansi atau tanggung jawab pengembang, maka developer biasanya harus memperbaikinya.
Jika infrastruktur perumahan sudah diserahkan kepada pemerintah daerah, maka tanggung jawab perbaikan beralih kepada pemerintah setempat.
Jalan umum yang sudah menjadi milik pemerintah biasanya akan dikelola oleh dinas terkait, seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR). Masyarakat bisa melaporkan adanya kerusakan ke pemerintah untuk ditindaklanjuti.
Di beberapa perumahan, terutama yang memiliki konsep cluster, pengelolaan infrastruktur atau fasilitas umum masih menjadi tanggung jawab pihak pengelola atau pengurus warga (RT/RW atau badan pengelola).
Mereka biasanya memungut iuran dari warga untuk memelihara fasilitas umum, termasuk jalan. Dalam hal ini, warga perumahan perlu bekerja sama untuk memastikan jalan tetap dalam kondisi baik.
Dalam kasus tertentu, pengguna yang menyebabkan kerusakan (misalnya pengguna kendaraan berat melewati jalan perumahan) bisa diminta untuk bertanggung jawab atas perbaikan. Ini bisa terjadi jika ada kesepakatan antara warga atau pengelola dengan pihak yang menggunakan jalan tersebut.
Penggunaan material untuk jalan perumahan sangat bergantung pada kebutuhan dan anggaran. Jika prioritasnya adalah daya tahan dan kemampuan menahan kendaraan berat, beton bisa menjadi pilihan terbaik.
Namun, jika anggarannya terbatas serta aktivitas lalu lintasnya tergolong ringan, material aspal atau paving block bisa lebih sesuai. Pertimbangkan juga faktor drainase dan pemeliharaan untuk memastikan kualitas jalan perumahan yang dibangun tetap optimal dalam jangka panjang.
Selain itu, jika jalan perumahan mengalami kerusakan, penting untuk mengetahui pihak yang bertanggung jawab, bisa pengembang, pemerintah daerah, RT/RW, ataupun penggunanya. Namun secara umum, tanggung jawab perbaikan sangat bergantung pada status jalan perumahan itu sendiri dan perjanjian antara pihak-pihak terkait. Kerjasama antara semua pihak sangat diperlukan untuk menjaga infrastruktur tersebut tetap layak digunakan.