Bata merah dan bata ringan adalah dua bahan bangunan yang sering digunakan dalam proyek konstruksi. Kedua jenis bata ini memiliki perbedaan karakteristik serta kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang perlu dipertimbangkan oleh para kontraktor maupun arsitek.
Apa saja perbedaannya? Berikut ulasan lengkapnya.
Bata merah telah menjadi pilihan utama dalam konstruksi selama berabad-abad, bahkan hingga saat ini. Hal ini karena material ini kuat, mudah dipasang, tersedia banyak di pasaran, dan harganya terjangkau.
Tidak hanya sekedar sebagai material bangunan, bata merah menawarkan beragam kelebihan, di antaranya sebagai berikut:
Salah satu kelebihan utamanya adalah mudah dipasang. Prosesnya relatif sederhana dan tidak memerlukan keahlian khusus. Hal ini membuatnya menjadi pilihan ideal untuk proyek konstruksi skala kecil hingga menengah.
Setiap keping bata merah memiliki dimensi ukuran yang relatif kecil, sehingga bobotnya tergolong ringan untuk diangkut maupun dipindahkan.
Salah satu alasan utama mengapa bata merah sangat diminati adalah harganya yang cukup terjangkau, lebih murah dibandingkan material sejenis. Hal ini membuatnya menjadi pilihan ekonomis untuk berbagai proyek konstruksi.
Bata merah mudah ditemukan di pasaran. Ketersediaannya yang melimpah memudahkan para kontraktor untuk memenuhi kebutuhan material konstruksi mereka tanpa kesulitan.
Material ini memiliki daya tahan yang baik terhadap panas dan api. Kestabilan sifat termalnya membantu menjaga suhu ruangan secara konsisten, sementara kemampuannya untuk menahan api menjadikannya pilihan yang aman dalam hal kebakaran.
Meskipun datang dengan beragam kelebihan, bata merah juga memiliki beberapa kekurangan, di antaranya adalah sebagai berikut.
Meskipun pemasangannya relatif mudah, prosesnya dapat memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan bahan bangunan modern lainnya seperti bata ringan. Hal ini karena setiap bata harus diletakkan secara manual dengan hati-hati.
Kelemahan lainnya adalah kemampuannya untuk menyerap panas dan dingin. Hal ini dapat menyebabkan fluktuasi suhu di dalam ruangan.
Dalam proses pemasangannya, seringkali diperlukan penggunaan material perekat yang cukup banyak. Hal ini dapat meningkatkan biaya proyek konstruksi secara keseluruhan.
Proses produksinya masih dilakukan secara manual di banyak tempat. Hal ini meningkatkan risiko variasi kualitas dan ketidakseragaman ukuran, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kelancaran proses pemasangan.
Jika berbicara struktur bangunan, bata merah termasuk material yang ‘membebani’ alias berat untuk ditopang. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan secara cermat dalam desain struktural.
Baca juga: Menggunakan PVC Untuk Plafon Kamar Mandi?
Meskipun memiliki beberapa kekurangan, bata merah masih tetap digunakan dalam banyak proyek konstruksi karena kelebihan serta faktor-faktor tertentu lainnya.
Sering juga dikenal dengan Hebel, bata ringan telah menjadi material populer dalam industri konstruksi modern, menawarkan sejumlah keunggulan yang layak untuk dipertimbangkan.
Sama seperti bata merah, Hebel hadir dengan segudang kelebihan maupun kekurangan. Apa saja itu? Berikut ulasan detailnya.
Menjadi salah satu alternatif terbaik untuk menggantikan bata merah, Hebel menawarkan beragam keunggulan yang cukup menjanjikan.
Bata ringan diproduksi secara massal dengan bentuk, ukuran, dan kualitas yang seragam. Hal ini memungkinan memiliki tampilan yang lebih rapi dan konsisten.
Karena memiliki struktur berongga, Hebel memerlukan jumlah perekat yang lebih sedikit dibandingkan dengan bata merah. Hal ini dapat menghemat biaya maupun waktu dalam proses konstruksi.
Salah satu keunggulan utamanya adalah beratnya yang tergolong ringan untuk ditopang oleh struktur bangunan.
Dengan bentuk dan ukurannya yang seragam, serta beratnya yang ringan, Hebel dapat dipasang dengan cepat, menghemat waktu dan tenaga kerja.
Struktur berongganya memiliki sifat kedap suara dan kedap air yang baik. Hal ini dapat mengurangi risiko rembesan air serta meningkatkan kenyamanan terkait kebisingan suara.
Karena karakteristik materialnya, hebel mampu menghadapi tekanan tinggi, sehingga membuatnya menjadi pilihan ideal untuk daerah-daerah rawan gempa.
Meskipun menawarkan banyak kelebihan, hebel juga tidak lepas dari kekurangan, di antaranya adalah sebagai berikut:
Dimensi dan ukuran setiap hebel tergolong besar, sehingga tidak jarang bisa menyebabkan pemborosan material, terutama saat memotong bata untuk mencocokkan dimensi tertentu.
Penggunaan perekat khusus seperti semen instan biasanya diperlukan untuk memasang bata ringan. Perekat khusus ini sudah banyak dijumpai di toko bangunan dengan harga yang tidak tergolong mahal. Meski begitu, tetap saja, kebutuhan akan bahan ini juga harus diperhitungkan dan dimasukkan ke dalam anggaran.
Meskipun pemasangan hebel lebih cepat, tetapi memerlukan ketrampilan dan keahlian khusus untuk melakukannya dengan benar. Namun demikian, saat ini sudah banyak tukang yang memiliki ketrampilan dalam memasang hebel dengan baik.
Jika terkena air, bata ringan akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kering sebelum dapat dilakukan proses plester atau penyelesaian akhir lainnya.
Meskipun Hebel memiliki banyak keunggulan, namun harganya cenderung lebih tinggi daripada bata merah atau material konstruksi tradisional lainnya.
Hebel tidak selalu mudah dijumpai seperti bata merah, dan sering hanya dapat ditemukan di toko material tertentu. Meskipun begitu, material ini sudah banyak dibutuhkan konsumen seiring berjalannya waktu, sehingga ke depannya kemungkinan akan lebih mudah dijumpai di toko-toko bangunan terdekat.
Baca juga: Lantai Granit Alam Vs. Homogeneous Tile
Dalam memilih antara bata merah dan bata ringan, sangat penting untuk mempertimbangkan kebutuhan spesifik proyek konstruksi yang akan dibangun. Hal ini termasuk anggaran, struktur kekuatan bangunan yang diperlukan, efisiensi energi, serta desain arsitektur yang diinginkan. Dengan memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing material, diharapkan bisa membantu Anda dalam membuat keputusan bijak untuk memilih jenis bata sesuai dengan kebutuhan konstruksi yang akan dikerjakan.