Menelusuri Rel Sejarah: Stasiun di Surabaya yang Ikonik

Loading image...
Oleh Surabaya Prop March 04, 2025
Terakhir Diperbarui: March 05, 2025

Surabaya memiliki beberapa stasiun kereta api yang masing-masing memiliki fungsi dan sejarah unik. Stasiun di Surabaya terbagi menjadi beberapa kategori / kelas, seperti kategori utama (besar) hingga kategori kelas C atau III yang lebih kecil.

Stasiun-stasiun ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat transportasi tetapi juga menyimpan nilai sejarah dan budaya, terutama karena pengaruh era kolonial Belanda. Untuk mengeksplorasinya lebih jauh, simak artikel ini hingga akhir.

3 Stasiun di Surabaya Kategori Utama (Besar)

Ada tiga stasiun di Surabaya yang masuk kategori utama, di mana ketiganya melayani rute perjalanan ke banyak kota di Jawa.

1. Gubeng (SGU)

Dibangun pada 16 Mei 1878 sebagai bagian dari proyek kereta api Surabaya–Pasuruan, stasiun Gubeng adalah yang terbesar di Surabaya, bahkan Jawa Timur.

stasiun kereta api gubeng surabaya
Foto: Muhammad Yuzki / Google user content

Bangunan lama bergaya Chalet dan diakui sebagai situs warisan budaya berdasarkan Keputusan Wali Kota Surabaya No. 188.45/251/402.1.04/1996. Bangunan baru, selesai pada 7 Juni 1996, menelan biaya Rp1,5 miliar dengan luas 13.671 m².

  • Lokasi: Jl. Stasiun Gubeng, Pacar Keling, Tambaksari (Lihat Google Maps).
  • Layanan: Melayani kereta tujuan selatan & timur, seperti Malang dan Probolinggo, serta beberapa kereta antarkota. Jalur komuter termasuk Komuter Surabaya–Bangil, Supas Line, Jenggala Line, serta Sindro Line.
  • Fasilitas: Menyediakan parkir untuk 100 mobil, area parkir sepeda, akses untuk penyandang disabilitas, toilet, ruang tunggu, pusat informasi, ruang coworking, taman bermain, galeri ATM, minimarket, dan restoran. Tanda-tanda disesuaikan dengan standar ISO 7001:2007 pada akhir 2021.
  • Fakta Menarik: Sukarno pernah bekerja sebagai juru tulis di stasiun ini selama tiga bulan pada 1922, dengan gaji Rp165 per bulan, di mana Rp125 diserahkan kepada keluarga Tjokroaminoto.

2. Pasar Turi (SBI)

Dibuka pada 1 April 1900 oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), stasiun Pasar Turi awalnya bernama Soerabaja NIS Station.

stasiun pasar turi surabaya
Foto: Rian Fitriyansyah / Google user content

Dibangun untuk menghubungkan rute Gundih–Gambringan–Bojonegoro–Surabaya, dengan perluasan ke Gresik hingga Babat–Merakurak. Sinyal mekanis diganti dengan listrik pada 2014 oleh PT Len Industri.

  • Lokasi: Jl. Semarang No. 1, Gundih, Bubutan (Lihat Google Maps).
  • Layanan: Fokus pada kereta tujuan barat Jawa, seperti Jakarta dan Semarang, melalui rute Pantura. Juga melayani kereta komuter seperti Komuter Sulam dan Sindro Line.
  • Fasilitas: Memiliki depot lokomotif di selatan, depot kereta di barat, dan area parkir untuk kereta Jayakarta (sebelumnya di Stasiun Kota). Tersedia parkir serta akses untuk penyandang disabilitas.
  • Fitur Unik: Memainkan versi instrumental lagu "Surabaya-Oh-Surabaya" saat kedatangan kereta, memberikan pengalaman budaya unik. Stasiun ini juga dekat dengan Pusat Grosir Surabaya (PGS) serta Pasar Turi di seberangnya.
  • Insiden: Mengalami beberapa kejadian seperti kebakaran kereta Argo Bromo Anggrek pada 9 Mei 2005, derailment gerbong kontainer pada 3 Oktober 2015, dan ambruk plafon ruang tunggu kelas ekonomi pada 20 April 2021, tanpa korban jiwa.

Baca juga: Pasar Modern Citraland

3. Surabaya Kota / Semut (SB)

Stasiun Surabaya Kota (Semut) dibangun sekitar 1870 untuk rute Surabaya–Malang dan Pasuruan, diresmikan pada 16 Mei 1878 oleh Staatsspoorwegen (SS). Bangunan lama dibangun pada 1875, diganti pada 1899. Sedangkan bangunan baru selesai pada 22 April 1986.

stasiun surabaya kota semut
Foto: Satriyo Arif Wicaksono / Google user content

Stasiun di Surabaya ini adalah terminal untuk kereta ekspres seperti Eendaagsche Express (1930-an, Jakarta–Surabaya) dan Bima malam (awal 1990-an).

  • Lokasi: Jl. Stasiun Kota no. 9, Bongkaran, Pabean Cantikan (Lihat Google Maps).
  • Layanan: Melayani kereta lokal dan komuter, termasuk rute Wonokromo–Surabaya Kota, Surabaya Kota–Kalimas, dan Surabaya–Bangil. Terhubung dengan stasiun lain melalui jaringan komuter.
  • Fasilitas: Memiliki parkir dan akses untuk penyandang disabilitas. Menggunakan sinyal mekanis dengan dua kotak sinyal dekat pintu keluar, tanpa depot lokomotif (terletak di Stasiun Sidotopo).
  • Warisan Budaya: Diakui sebagai situs warisan budaya oleh Wali Kota Surabaya, bersama 60 bangunan lain, mencerminkan arsitektur kolonial. Dekat dengan Pasar Atom dan makam Sunan Ampel, menambah nilai historis.

Baca juga: 8 Mall Terbesar di Surabaya

Stasiun di Surabaya Lainnya - Kelas C / III (Kecil)

Selain kategori utama, ada stasiun lainnya yang mendukung jaringan kereta api di Surabaya, termasuk:

A. Wonokromo (WO)

Terletak di Jagir, Wonokromo, stasiun kelas C ini memiliki lima jalur, dengan platform 1, 2, dan 3 yang sering digunakan. Jalur 1 melayani kereta ke Madiun, Solo Balapan, Yogyakarta, Purwokerto, Bandung, dan Jakarta Kota, sementara jalur 2 melayani Sidoarjo, Malang, Pasuruan, Probolinggo, Jember, dan Ketapang (Banyuwangi).

stasiun wonokromo surabaya
Foto: Rizal Febri Ardiansyah / wikipedia

Stasiun di Surabaya Selatan ini dibangun pada era Staatsspoorwegen, dekat dengan DTC (Darmo Trade Center) dan Pasar Wonokromo, menjadikannya strategis untuk transportasi pekerja dan wisatawan. Pada 22 Juni 2002, stasiun Wonokromo mengalami kebakaran kereta pengangkut bahan bakar, menambah sejarahnya yang kaya.

B. Tandes (TES)

Terletak di Tandes Lor, Tandes, stasiun kelas III ini dikelola oleh KAI Commuter dan berada pada ketinggian +2 meter, sedikit masuk ke arah utara dari Jalan Raya Tandes. Ini merupakan stasiun lengkung dengan jalur yang menikung ke kanan dari arah timur, disesuaikan dengan kemiringan kereta api untuk kecepatan tinggi di tikungan.

stasiun tandes surabaya
Foto: Aldio Yudha Trisandy / wikipedia

Awalnya menggunakan sistem persinyalan mekanik dengan dua jalur, setelah jalur ganda ruas Kandangan–Pasar Turi dioperasikan per 3 September 2014, jumlah jalur bertambah menjadi tiga, dengan jalur 3 sebagai sepur lurus untuk arah Semarang.

Stasiun di Surabaya ini melayani kereta lokal dan komuter, termasuk KRD SULAM, dengan jadwal pertama pada 04:28 dan terakhir pada 19:57.

C. Kandangan (KDA)

Terletak di Banjarsugihan, Tandes, Kandangan juga merupakan stasiun kelas III pada ketinggian +2 meter, termasuk dalam Daerah Operasi VIII Surabaya.

Meskipun dinamakan Kandangan, stasiun ini sebenarnya terletak di sebelah timur wilayah Kelurahan Kandangan, sekitar 300 meter utara Jalan Raya Kandangan, dekat dengan Food Junction di kawasan Grand Pakuwon, tempat wisata kuliner populer.

stasiun kandangan surabaya
Foto: Aldio Yudha Trisandy / wikipedia

Stasiun di Surabaya Barat ini memiliki lima jalur, dengan jalur 2 sebagai sepur lurus untuk arah Surabaya Pasar Turi dan jalur 3 untuk arah Semarang setelah perluasan jalur ganda pada pertengahan tahun 2014. Kandangan melayani rute ke Gresik, Lamongan, dan lainnya, terintegrasi dengan jaringan komuter.

D. Benowo (BNW)

Terletak di Benowo, Pakal, stasiun kelas III pada ketinggian +3 meter. Stasiun ini dekat dengan Stadion Gelora Bung Tomo, landmark olahraga signifikan, dan melayani kereta lokal serta komuter seperti KRD SULAM, dengan jadwal pertama pada 11:33 dan terakhir pada waktu yang sama.

stasiun benowo surabaya
Foto: Rizal Febri Ardiansyah / wikipedia

Benowo merupakan bagian dari jaringan utara, menghubungkan ke Lamongan, Semarang, serta kota-kota lainnya, dengan fasilitas dasar seperti toilet dan ruang tunggu, cocok untuk penduduk lokal yang membutuhkan transportasi harian.

Jaringan Kereta & Konektivitas

Jaringan kereta di Surabaya sangat terintegrasi, dengan berbagai layanan yang mendukung mobilitas penduduk dan wisatawan:

  • Jalur Komuter: Termasuk Komuter Surabaya–Bangil, Supas Line (ke Pasuruan), Jenggala Line (ke Mojokerto), dan Sindro Line (ke Sidoarjo). Layanan ini tersedia dari stasiun seperti Gubeng dan Kota, dengan tiket dapat dibeli langsung di stasiun pada hari keberangkatan.
  • Kereta Antarkota: Menghubungkan Surabaya dengan kota-kota besar seperti Jakarta (11–14,5 jam, Rp104.000–Rp495.000), Yogyakarta (4,5–5,5 jam, Rp74.000–Rp300.000), dan Solo (3,5–4,5 jam, Rp74.000–Rp355.000). Jadwal dapat diperiksa di kai.id dengan pemesanan melalui aplikasi online, gerai-gerai seperti Alfamart/Indomaret, ataupun secara on the spot langsung di tempat.

Baca juga: 7 Tempat Driving Range di Surabaya

Kesimpulan

Stasiun di Surabaya bukan hanya pusat transportasi tetapi juga cerminan sejarah dan budaya kota. Dari bangunan era kolonial hingga fasilitas modern, stasiun-stasiun kereta api ini menyediakan layanan yang efisien dan pengalaman yang kaya, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari identitas kota Pahlawan dan destinasi wajib untuk pelancong serta penggemar sejarah.