Surabaya memiliki beberapa stasiun kereta api yang masing-masing memiliki fungsi dan sejarah unik. Stasiun di Surabaya terbagi menjadi beberapa kategori / kelas, seperti kategori utama (besar) hingga kategori kelas C atau III yang lebih kecil.
Stasiun-stasiun ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat transportasi tetapi juga menyimpan nilai sejarah dan budaya, terutama karena pengaruh era kolonial Belanda. Untuk mengeksplorasinya lebih jauh, simak artikel ini hingga akhir.
Ada tiga stasiun di Surabaya yang masuk kategori utama, di mana ketiganya melayani rute perjalanan ke banyak kota di Jawa.
Dibangun pada 16 Mei 1878 sebagai bagian dari proyek kereta api Surabaya–Pasuruan, stasiun Gubeng adalah yang terbesar di Surabaya, bahkan Jawa Timur.
Bangunan lama bergaya Chalet dan diakui sebagai situs warisan budaya berdasarkan Keputusan Wali Kota Surabaya No. 188.45/251/402.1.04/1996. Bangunan baru, selesai pada 7 Juni 1996, menelan biaya Rp1,5 miliar dengan luas 13.671 m².
Dibuka pada 1 April 1900 oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), stasiun Pasar Turi awalnya bernama Soerabaja NIS Station.
Dibangun untuk menghubungkan rute Gundih–Gambringan–Bojonegoro–Surabaya, dengan perluasan ke Gresik hingga Babat–Merakurak. Sinyal mekanis diganti dengan listrik pada 2014 oleh PT Len Industri.
Baca juga: Pasar Modern Citraland
Stasiun Surabaya Kota (Semut) dibangun sekitar 1870 untuk rute Surabaya–Malang dan Pasuruan, diresmikan pada 16 Mei 1878 oleh Staatsspoorwegen (SS). Bangunan lama dibangun pada 1875, diganti pada 1899. Sedangkan bangunan baru selesai pada 22 April 1986.
Stasiun di Surabaya ini adalah terminal untuk kereta ekspres seperti Eendaagsche Express (1930-an, Jakarta–Surabaya) dan Bima malam (awal 1990-an).
Baca juga: 8 Mall Terbesar di Surabaya
Selain kategori utama, ada stasiun lainnya yang mendukung jaringan kereta api di Surabaya, termasuk:
Terletak di Jagir, Wonokromo, stasiun kelas C ini memiliki lima jalur, dengan platform 1, 2, dan 3 yang sering digunakan. Jalur 1 melayani kereta ke Madiun, Solo Balapan, Yogyakarta, Purwokerto, Bandung, dan Jakarta Kota, sementara jalur 2 melayani Sidoarjo, Malang, Pasuruan, Probolinggo, Jember, dan Ketapang (Banyuwangi).
Stasiun di Surabaya Selatan ini dibangun pada era Staatsspoorwegen, dekat dengan DTC (Darmo Trade Center) dan Pasar Wonokromo, menjadikannya strategis untuk transportasi pekerja dan wisatawan. Pada 22 Juni 2002, stasiun Wonokromo mengalami kebakaran kereta pengangkut bahan bakar, menambah sejarahnya yang kaya.
Terletak di Tandes Lor, Tandes, stasiun kelas III ini dikelola oleh KAI Commuter dan berada pada ketinggian +2 meter, sedikit masuk ke arah utara dari Jalan Raya Tandes. Ini merupakan stasiun lengkung dengan jalur yang menikung ke kanan dari arah timur, disesuaikan dengan kemiringan kereta api untuk kecepatan tinggi di tikungan.
Awalnya menggunakan sistem persinyalan mekanik dengan dua jalur, setelah jalur ganda ruas Kandangan–Pasar Turi dioperasikan per 3 September 2014, jumlah jalur bertambah menjadi tiga, dengan jalur 3 sebagai sepur lurus untuk arah Semarang.
Stasiun di Surabaya ini melayani kereta lokal dan komuter, termasuk KRD SULAM, dengan jadwal pertama pada 04:28 dan terakhir pada 19:57.
Terletak di Banjarsugihan, Tandes, Kandangan juga merupakan stasiun kelas III pada ketinggian +2 meter, termasuk dalam Daerah Operasi VIII Surabaya.
Meskipun dinamakan Kandangan, stasiun ini sebenarnya terletak di sebelah timur wilayah Kelurahan Kandangan, sekitar 300 meter utara Jalan Raya Kandangan, dekat dengan Food Junction di kawasan Grand Pakuwon, tempat wisata kuliner populer.
Stasiun di Surabaya Barat ini memiliki lima jalur, dengan jalur 2 sebagai sepur lurus untuk arah Surabaya Pasar Turi dan jalur 3 untuk arah Semarang setelah perluasan jalur ganda pada pertengahan tahun 2014. Kandangan melayani rute ke Gresik, Lamongan, dan lainnya, terintegrasi dengan jaringan komuter.
Terletak di Benowo, Pakal, stasiun kelas III pada ketinggian +3 meter. Stasiun ini dekat dengan Stadion Gelora Bung Tomo, landmark olahraga signifikan, dan melayani kereta lokal serta komuter seperti KRD SULAM, dengan jadwal pertama pada 11:33 dan terakhir pada waktu yang sama.
Benowo merupakan bagian dari jaringan utara, menghubungkan ke Lamongan, Semarang, serta kota-kota lainnya, dengan fasilitas dasar seperti toilet dan ruang tunggu, cocok untuk penduduk lokal yang membutuhkan transportasi harian.
Jaringan kereta di Surabaya sangat terintegrasi, dengan berbagai layanan yang mendukung mobilitas penduduk dan wisatawan:
Baca juga: 7 Tempat Driving Range di Surabaya
Stasiun di Surabaya bukan hanya pusat transportasi tetapi juga cerminan sejarah dan budaya kota. Dari bangunan era kolonial hingga fasilitas modern, stasiun-stasiun kereta api ini menyediakan layanan yang efisien dan pengalaman yang kaya, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari identitas kota Pahlawan dan destinasi wajib untuk pelancong serta penggemar sejarah.